Refleksi Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam Menyikapi Situasi NKRI Saat Ini

 


Oleh: Gilang

Atas nama Redaksi Zona TV, kami mengucapkan Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H.

Bangsa Indonesia saat ini tengah menghadapi beragam tantangan, mulai dari perpecahan sosial, ketidakstabilan politik, hingga persoalan ekonomi. Dalam kondisi kompleks tersebut, menengok kembali pada keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat dan negara dapat menjadi sumber inspirasi serta pedoman berharga. Refleksi atas sikap dan kebijakan beliau di masa lalu memberikan pencerahan dalam menghadapi realitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hari ini.

1. Persatuan Umat di Tengah Keberagaman

Nabi Muhammad SAW berhasil membangun masyarakat harmonis di Madinah yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan latar belakang. Beliau tidak hanya menyatukan kaum Muhajirin dan Ansar, tetapi juga merangkul kelompok non-Muslim melalui Piagam Madinah. Hal ini menegaskan pentingnya toleransi dan persatuan di tengah keberagaman.
Dalam konteks NKRI dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, teladan ini sangat relevan. Menjaga keutuhan bangsa berarti menempatkan persatuan di atas kepentingan golongan, saling menghormati perbedaan, serta membangun dialog yang konstruktif.

2. Keadilan dan Supremasi Hukum

Sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW menjunjung tinggi keadilan tanpa memandang status sosial maupun kekayaan. Beliau pernah bersabda, “Seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” Pesan ini menunjukkan bahwa hukum berlaku sama bagi semua orang, tanpa pengecualian.
Di Indonesia, isu keadilan kerap menjadi sorotan publik, terutama dalam penegakan hukum. Keteladanan Nabi mengajarkan bahwa terciptanya kedamaian dan kesejahteraan bangsa hanya dapat terwujud apabila supremasi hukum dijadikan fondasi utama.

3. Kepemimpinan yang Sederhana dan Melayani

Walaupun memimpin sebuah kekhalifahan besar, Nabi Muhammad SAW tetap hidup sederhana. Beliau tidak pernah berjarak dengan rakyatnya, bahkan sering turun langsung membantu masyarakat, mendengarkan keluhan, serta berbagi penderitaan. Kepemimpinan beliau adalah kepemimpinan yang melayani, bukan dilayani.
Sikap ini menjadi teladan bagi para pemimpin di Indonesia. Di tengah krisis, seorang pemimpin seharusnya menunjukkan empati, kesederhanaan, dan dedikasi tulus untuk melayani rakyat. Kepemimpinan yang merakyat akan menumbuhkan kepercayaan serta memperkuat persatuan bangsa.

4. Pentingnya Musyawarah dan Konsensus

Dalam berbagai keputusan penting, Nabi Muhammad SAW selalu mengedepankan musyawarah (syura) bersama para sahabat. Contohnya terlihat pada strategi Perang Badar maupun Perang Uhud, di mana beliau mendengarkan pendapat sahabat sebelum mengambil keputusan. Hal ini menegaskan bahwa keputusan terbaik lahir dari kebersamaan, bukan dari kehendak tunggal seorang pemimpin.
Dalam konteks demokrasi di Indonesia, musyawarah dan mufakat menjadi pilar utama. Dengan mengedepankan dialog, konsensus, serta mendengarkan berbagai pihak, bangsa ini dapat menemukan solusi terbaik untuk menghadapi permasalahan bersama.

Penutup

Refleksi keteladanan Nabi Muhammad SAW memberikan peta jalan yang jelas dalam menghadapi tantangan NKRI hari ini. Dengan meneladani nilai persatuan, keadilan, kesederhanaan, dan musyawarah, kita dapat membangun Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat.
Menghidupkan kembali semangat kenabian bukan berarti meninggalkan modernitas, melainkan memadukan nilai luhur masa lalu dengan dinamika zaman demi masa depan yang lebih cerah.

Penulis: Gilang (Kaperwil Priangan)
Editor  : Pemimpin Redaksi




Lebih baru Lebih lama