Tasikmalaya — zona TV
Menjelang pemilihan Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya, musisi dan frontman Kalam Nada, Ajang Firman, menyampaikan pandangan kritis mengenai pentingnya pemahaman politik bagi para pelaku seni. Menurutnya, Dewan Kesenian bukan sekadar ruang kreativitas, tetapi juga institusi yang bernaung di bawah struktur pemerintahan daerah, sehingga dinamika kepemimpinan di dalamnya tidak bisa dipisahkan dari arah kebijakan pemerintah.
“Para seniman harus mulai melek politik karena Dewan Kesenian bagian dari organisasi plat merah,” tegas Ajang.
Ia menilai bahwa banyak persoalan yang dihadapi komunitas seni selama ini bersumber dari minimnya komunikasi strategis antara Dewan Kesenian dan pemangku kebijakan. Karena itu, ia mendorong agar figur yang terpilih nantinya bukan hanya mumpuni dalam dunia kesenian, tetapi juga memiliki kapasitas untuk bergerak di ruang-ruang diplomasi, advokasi, dan negosiasi.
Ajang menjelaskan bahwa seorang ketua Dewan Kesenian idealnya mampu membangun hubungan kerja yang produktif dengan kepala daerah, dinas terkait, hingga pemangku kebijakan di tingkat provinsi maupun pusat. Konektivitas tersebut, menurutnya, akan berpengaruh langsung pada peningkatan dukungan anggaran serta peluang terbentuknya program-program baru yang memajukan ekosistem seni di Kota Tasikmalaya.
“Kepiawaian seorang pemimpin itu bisa berdampak langsung pada meningkatnya anggaran dari sebelumnya, sehingga aspirasi dan kegiatan para pelaku seni dapat berjalan sesuai ekspektasi—not like previous years yang terlihat stagnan bahkan menurun,” jelasnya.
Ajang Firman berharap proses pemilihan kali ini mampu menghadirkan sosok pemimpin yang benar-benar memahami kebutuhan dunia seni, sekaligus cakap dalam memperjuangkan ruang tumbuh bagi para pelakunya. Figur yang kuat secara strategi, menurutnya, akan membuat Dewan Kesenian lebih hidup, lebih progresif, dan lebih mampu mengawal agenda kebudayaan secara berkesinambungan.
Ia menekankan bahwa seniman memerlukan lembaga yang tidak hanya menjadi wadah ekspresi, tetapi juga rumah besar yang mampu mengadvokasi hak, kebutuhan, serta kepentingan komunitas seni. Dengan kepemimpinan yang tepat, Ajang optimistis perkembangan seni dan budaya di Tasikmalaya bisa melaju lebih pesat dan memperoleh dukungan proporsional dari pemerintah daerah.
“Harapannya, pemimpin yang terpilih nanti adalah sosok yang bisa membawa perubahan nyata. Bukan hanya simbolis, tapi mampu bekerja, mendengar, dan memperjuangkan,” pungkasnya.


