Tasikmalaya, Jawa Barat —
Kota Tasikmalaya, yang dikenal dengan julukan "Kota Santri" dan "Kota Resik", memiliki sejarah panjang yang kaya akan nilai budaya, spiritual, dan ekonomi. Kota ini tidak hanya memainkan peran penting dalam perkembangan budaya Sunda, tetapi juga dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Tasikmalaya mulai dikenal pada abad ke-17 sebagai bagian dari wilayah Kerajaan Sukapura. Wilayah ini kemudian berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan dan pemerintahan di wilayah Priangan Timur. Sejak masa kolonial Belanda, Tasikmalaya telah dikenal sebagai sentra kerajinan tangan, terutama bordir, anyaman bambu, dan kelom geulis yang kini menjadi ikon budaya lokal.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, masyarakat Tasikmalaya turut aktif dalam perlawanan terhadap penjajah. Peristiwa heroik seperti Pemberontakan DI/TII di Tasikmalaya pada tahun 1949 menjadi bukti bahwa kota ini memiliki semangat juang yang tinggi dalam mempertahankan kemerdekaan dan nilai-nilai agama.
Kota Tasikmalaya resmi dimekarkan dari Kabupaten Tasikmalaya dan menjadi kota otonom pada tanggal 17 Oktober 2001, berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001. Sejak saat itu, Kota Tasikmalaya mengalami pertumbuhan pesat dalam bidang infrastruktur, pendidikan, dan ekonomi, dengan tetap mempertahankan jati diri sebagai kota yang religius dan bersahaja.
Walikota Tasikmalaya menyatakan bahwa pengenalan sejarah kota ini penting untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan lokal di kalangan generasi muda. "Tasikmalaya bukan hanya tempat tinggal, tapi warisan sejarah yang harus kita jaga dan lestarikan bersama," ujarnya.
Kini, Kota Tasikmalaya terus melangkah maju dengan tetap memelihara akar budayanya. Perpaduan antara nilai religius, budaya Sunda, dan semangat kewirausahaan menjadikan kota ini unik di tengah pesatnya modernisasi.

