K.H. Komarudin: Dai Lucu dari Kadupandak, Menebar Dakwah Lewat Nada dan Tawa

 


Ciamis, Zona TV — 06 November 2025

Suara tawa jamaah pecah di sela lantunan shalawat yang merdu. Dari atas panggung sederhana, seorang pria bersarung dengan peci hitam tampil penuh senyum. Ia bukan pelawak, melainkan Kiai Haji Komarudin, penceramah kondang asal Dusun Cibogo, Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis.

Dengan gaya khasnya yang ringan dan menghibur, Kiai Komarudin menjadikan setiap ceramah sebagai ruang tawa dan renungan. Ia tidak berteriak-teriak di mimbar, tetapi menyapa jamaah dengan lelucon, nada, dan makna yang menembus hati.

“Kalau dakwah terlalu tegang, jamaah bisa ngantuk. Tapi kalau dikasih tawa, mereka lebih terbuka. Setelah itu baru pesan agama masuk,” ujarnya sambil tersenyum usai mengisi pengajian di Tambaksari.


Ceramah Lucu, Sarat Ilmu dan Makna

Di wilayah timur Ciamis hingga perbatasan Jawa Tengah, bahkan sampai Kabupaten Kuningan, nama K.H. Komarudin dikenal luas. Ia kerap diundang ke berbagai acara — mulai dari hajatan keluarga, pengajian umum, hingga peringatan hari besar Islam.

Gaya ceramahnya yang jenaka membuat suasana pengajian terasa hangat. Ia sering menyelipkan kisah inspiratif dan humor ringan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, namun tetap penuh makna dan nasihat moral.

“Kadang orang ingat lucunya dulu, tapi nanti baru sadar, oh, ternyata nasihatnya benar,” tutur salah seorang jamaah sambil tertawa kecil.


Nada dan Dakwah: Musik yang Menyentuh Hati

Keunikan Kiai Komarudin tidak berhenti pada gaya ceramahnya. Ia juga memadukan dakwah dengan musik religi — sebuah konsep yang ia sebut “Nada dan Dakwah”.

Di sela ceramah, ia kerap melantunkan lagu-lagu seperti Tombo Ati, Shalawat Badar, hingga lagu ciptaannya sendiri. Iringan keyboard dari timnya menambah suasana syahdu dan khidmat.

“Musik itu bahasa universal. Kalau digunakan dengan niat baik, bisa jadi jalan dakwah juga,” katanya.
“Dakwah tidak harus kaku dan monoton. Justru lewat seni, pesan agama bisa tersampaikan tanpa terasa menggurui.”


Dekat dengan Masyarakat, Dicintai Jamaah

Meski dikenal luas, Kiai Komarudin tetap hidup sederhana di kampung halamannya. Ia masih bertani, beternak, dan aktif bersosialisasi dengan warga. Ia hadir di setiap momen — dari hajatan hingga takziah — dengan sikap rendah hati.

“Beliau tidak pernah membeda-bedakan orang. Kalau ada yang butuh nasihat, beliau siap datang, meski jauh,” ujar H. Asep, tokoh masyarakat Kadupandak.

Kedekatan inilah yang membuat masyarakat mencintainya. Setiap kali ia berceramah, warga berduyun-duyun datang membawa keluarga.

“Kalau Kiai Komarudin yang ngisi, suasananya selalu hidup,” tambah H. Asep.


Dakwah dengan Cinta dan Keikhlasan

Bagi K.H. Komarudin, berdakwah adalah ibadah yang mesti disampaikan dengan kasih sayang. Ia percaya, pesan agama tak akan menyentuh hati bila disampaikan dengan kemarahan atau kesombongan.

“Dakwah itu seperti menanam bunga. Kalau disiram dengan kasih, dia akan tumbuh indah. Tapi kalau dengan marah, justru layu,” tuturnya lembut.

Kini, setiap kali ia tampil, tawa, shalawat, dan tepuk tangan jamaah menjadi bukti bahwa dakwah bisa tersampaikan melalui berbagai cara — termasuk lewat tawa dan nada.


Profil Singkat

  • Nama: K.H. Komarudin
  • Asal: Dusun Cibogo, Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
  • Ciri Khas: Ceramah lucu dan ringan, disertai musik bernuansa Nada dan Dakwah
  • Kegiatan: Penceramah di berbagai acara keagamaan, membina santri, bertani, dan beternak
  • Moto: “Tawa boleh pecah, tapi pesan harus sampai.”

Penerbit:
Reporter: H. Asep Nendi
Editor     : Redaksi Zona TV




Lebih baru Lebih lama